JAKARTA, GANLOP.COM – Salah satu fenomena menarik yang merupakan dampak dari lebih banyaknya waktu yang dihabiskan oleh masyarakat di rumah sejak awal pandemi adalah akan terjadinya baby boom.
BKKBN memprediksi adanya peningkatan angka kehamilan hingga 500.000 orang akibat penggunaan kontrasepsi yang menurun. Dengan meningkatnya angka kehamilan pada masa pandemi ini, perlu juga adanya perhatian yang lebih besar terhadap kondisi ibu di periode kehamilan dan pasca persalinan.
Memahami hal tersebut, hari ini (12/11) Combiphar,
perusahaan nasional terdepan di bidang Consumer Healthcare, mengupas lebih
dalam mengenai bagaimana kesehatan dan kenyamanan ibu saat kehamilan dan pasca
persalinan dapat dipertahankan, khususnya dengan memanfaatkan madu dan
bahan-bahan herbal dari alam, bersama para narasumber Weitarsa Hendarto -
Senior Vice President Marketing & International Operations Combiphar, dr.
Carlinda Nekawaty - Medical Expert Combiphar, serta Asri Saraswati Iskandar -
Herbalis.
“Kesehatan, hingga saat ini masih menjadi fokus pemerintah dan juga masyarakat. Fenomena baby boom, menambah deretan hal penting yang harus diperhatikan ibu dalam menjaga kondisinya pada masa persalinan dan menyusui. Kualitas kesehatan ibu pada masa kehamilan berpotensi mempengaruhi kualitas perkembangan dan pertumbuhan janin yang akan dilahirkan. Berbagai protokol kesehatan juga pola makan dengan nutrisi yang seimbang perlu diterapkan demi menunjang kesehatan, termasuk memanfaatkan madu dan ramuan yang terbuat dari bahan-bahan herbal dari alam,” ujar Weitarsa Hendarto, Senior Vice President Marketing & International Operations Combiphar.
“Data menunjukkan bahwa 40% masyarakat di Indonesia masih
mengonsumsi jamu, dan 56% masyarakat mengonsumsi madu. Angka konsumsi madu dan
jamu yang cukup tinggi mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia masih
menyukai ramuan tradisional dan terbuat dari berbagai bahan herbal sebagai pendukung
kesehatannya,” tambah Weitarsa.
Para wanita pada masa kehamilan maupun pasca persalinan
kerap mengalami kondisi yang tidak nyaman, seperti mual dan muntah, edema, dan
rasa nyeri pada persendian. “Kondisi inilah yang menyebabkan konsumsi bahan herbal
umum dilakukan oleh para wanita sebagai alternatif dari obat konvensional yang seringkali
digunakan untuk mengatasi kondisi yang tidak nyaman,” jelas herbalis Asri
Saraswati Iskandar.
Menurut Asri, mengetahui manfaat dari bahan-bahan herbal yang akan dikonsumsi akan menjadikannya berfungsi lebih tepat guna. “Tak hanya mampu membantu mengurangi ketidaknyamanan, bahan-bahan herbal juga dapat memberikan nutrisi seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan selama kehamilan dan pasca persalinan”, ungkapnya.
Berikut manfaat madu dan bahan herbal yang dapat membantu
mendukung kesehatan ibu saat kehamilan dan pasca persalinan:
➢ Madu memiliki kandungan mineral berupa kalsium, tembaga,
mangan, zat besi, fosfor, seng, aluminium. Kandungan zat besi pada madu
membantu meningkatkan kadar hemoglobin untuk ibu selama kehamilan dan pasca
bedah caesar.
➢ Cengkih kaya akan kandungan beta-karoten, zat besi,
magnesium, seng, vitamin B6, C, dan K. Tak hanya itu, perpaduan cengkih,
lengkuas, serai dan jahe, dapat meredakan sakit dan nyeri pada persendian
dengan cara dioleskan.
➢ Jahe mengandung gingerol yang memberikan efek analgesik
yang kuat dan sangat membantu untuk radang sendi, menenangkan saraf, serta
mengurangi mual. Jahe juga tinggi kalium, tembaga, magnesium, mangan, vitamin
B5 dan B6.
➢ Kunyit dan temulawak mengandung kurkumin yang dapat
melindungi dari anemia dan hipertensi. Serat tingginya juga mengontrol kadar
"kolesterol jahat". Kunyit dapat membantu meredakan peradangan yang
menyebabkan edema, sekaligus risiko mastitis, juga berfungsi untuk mengobati cedera
dalam, jahitan luar dan luka infeksi pasca persalinan. Sementara temulawak –
meningkatkan produksi ASI pada masa menyusui.
➢ Temu Hitam kandungan pinene-nya dapat merelaksasi rahim
setelah melahirkan.
➢ Ketumbar memiliki kandungan protein, kalsium dan zat besi
yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi ASI selama periode menyusui.
Asri menambahkan, “Walaupun berasal dari bahan dan tanaman
alami, saat mengonsumsinya kita tetap harus memperhatikan tanda-tanda yang
ditunjukkan oleh tubuh kita. Dengan demikian kita dapat merasakan apakah bahan
yang dikonsumsi memberikan efek yang baik bagi tubuh.”
Hal ini juga dipertegas oleh Medical Expert Combiphar, dr.
Carlinda Nekawaty, “Menyadari kondisi tubuh setelah mengonsumsi madu maupun
herbal, sangatlah penting untuk melihat reaksi baik yang kecil maupun besar.
Terutama jika sedang dalam kondisi khusus seperti hamil atau menyusui. Apa yang
kita konsumsi bisa saja menimbulkan risiko terhadap kandungan dan juga bayi.”
“1.000 hari pertama kehidupan, termasuk 270 hari di dalam kandungan, merupakan masa penting yang akan memengaruhi kondisi kesehatan dan tumbuh kembang bayi di masa depan. Untuk itu, bijak dalam mengutamakan kesehatan selama masa kehamilan dan pasca persalinan harus menjadi prioritas ibu,” kata dr. Carlinda.
Untuk kepraktisan, madu dan ramuan herbal yang dikenal
masyarakat dengan sebutan jamu ini banyak dijual dalam bentuk kemasan.
Sehubungan dengan hal itu, dr. Carlinda menjelaskan beberapa hal yang harus
diperhatikan saat mengonsumsi madu dan herbal agar tetap aman bagi ibu dan
bayinya:
1. Perhatikan jenis kandungan dalam bahan yang akan
dikonsumsi untuk mengetahui reaksi alergi atau bahkan efek yang dapat
membahayakan ibu maupun bayi. Jika mengonsumsi dalam bentuk kemasan, bacalah
informasi nutrisi yang tertera pada label untuk mengetahui kandungan, takaran
saji dan juga presentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang terdapat di dalam
ramuan.
2. Mengetahui waktu yang tepat untuk mengonsumsi ramuan.
Biasanya konsentrasi kadar ramuan mencapai puncaknya sekitar 45-90 menit
setelah dikonsumsi dan berada di dalam ASI sekitar 15 menit kemudian, hingga
berpotensi masuk ke dalam tubuh bayi yang masih menyusui. Untuk itu, disarankan
untuk tidak mengonsumsi ramuan apapun pada periode awal menyusui. Konsumsi
ramuan bisa dilakukan jika interval menyusui telah lebih dari 2 jam.
3. Berkonsultasi dengan dokter atau ahli medis, untuk
mengetahui kadar konsumsi ramuan yang tepat dan efek yang ditimbulkan jika
dikombinasikan dengan obat konvensional, terutama jika ibu memiliki kondisi
kesehatan bawaan tertentu dan memerlukan perhatian khusus.
“Bagi Combiphar, ibu memiliki peran kunci dalam menjaga
kesehatan keluarga. Menciptakan generasi yang sehat sesuai visi Championing a
Healthy Tomorrow, hanya bisa terwujud jika ibu membekali diri dengan pengetahuan
tentang kesehatan dan menerapkannya tak hanya untuk keluarga namun juga bagi
dirinya sendiri,” tutup Weitarsa.